Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
etos adalah pandangan hidup yangg khas dari suatu golongan sosial. Jadi, pengertian
Etos Kerja adalah semangat kerja yg menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang
diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja.
Sedangkan
Etos Kerja Muslim dapat didefinisikan sebagai cara
pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja tidak hanya bertujuan
memuliakan diri, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh
dan mempunyai nilai ibadah yang luhur.
Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara
mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang
bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang
optimal (
high performance).
Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang
melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja
untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga
sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh. Sehingga bekerja yang
didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah
seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai
hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai
sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang
amanah, menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah, “
Dan tidak Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, (QS. adz-Dzaariyat : 56).
Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia,
sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan
saja menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan
martabat dirinya sebagai hamba Allah SWT.
Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia
yang enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi
diri untuk menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya
dia itu melawan fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas
dirinya sebagai manusia.
Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar
menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena,
kesadaran bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan
tanggung jawab merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau
kepribadian seorang muslim.
Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi
menjadi manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup
yang tak memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada
hakekatnya merupakan tindakan yang tercela.
Seorang muslim yang memiliki
etos kerja
adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh
manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah. Dan cara pandang untuk
melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran,
yaitu : dimensi
ma’rifat (aku tahu), dimensi
hakikat (aku berharap), dan dimensi
syariat (aku berbuat).
Etos Kerja: Dimensi Ma’rifat (Aku Tahu)
- Tahu siapa aku, apa kekuatan dan kelemahanku,
- Tahu apa pekerjaanku,
- Tahu siapa pesaingku dan kawanku,
- Tahu produk yang akan dihasilkan,
- Tahu apa bidang usahaku dan tujuanku,
- Tahu siapa relasiku,
- Tahu pesan-pesan yang akan kusampaikan
Etos Kerja: Dimensi Hakikat (Aku berharap)
Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana arah tindakan
dilangkahkan. Setiap pribadi muslim meyakini bahwa niat atau dorongan
untuk menetapkan cita-cita merupakan ciri bahwa dirinya hidup.
Etos Kerja: Dimensi Syariat (Aku Berbuat)
Pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan serta harapan-harapan
hendaklah mempunyai arti kecuali bila dipraktikkan dalam bentuk
tindakan nyata yang telah diyakini kebenarannya.
Yang membedakan semangat kerja dalam Islam adalah kaitannya dengan nilai
serta cara meraih tujuannya. Bagi seorang muslim bekerja merupakan
kewajiban yang hakiki dalam rangka menggapai ridha Allah. Sedangkan
orang kafir bermujahadah untuk kesenangan duniawi dan untuk memuaskan
hawa nafsu.
Di Jepang dikenal sebuah istilah
Keizen yang dipelopori oleh
Masaaki Imai,
yakni: semangat untuk terus-menerus melakukan perbaikan yang melibatkan
setiap orang mulai dari pimpinan puncak sampai pekerja lapangan.