Begini Cara Penghuni Rutan Serang Rayakan HUT RI


Meski tengah berada di balik jeruji besi, sebanyak 486 warga binaan di Rumah Tahanan Klas IIB Serang tetap merayakan HUT RI ke 71 dengan meriah. Berbagai perlombaan pun digelar, seperti lomba balap karung, makan kerupuk, tropang panjang, serta menyanyikan lagu nasional Hari Merdeka 17 Agustus 1945.

Warga binaan lain pun nampak antusias menyemangati rekan-rekan mereka yang mengikuti lomba di lapangan yang berada di dalam Rutan Serang.

Para penghuni Rutan menggunakan atribut seperti bendera, dan pakaian layaknya pejuang. Petugas Rutan pun berbaur bersama-sama memeriahkan berbagai perlombaan.

Kepala Rutan Klas IIB Serang Prihartati mengatakan, kegiatan pelombaan menyambut HUT Kemerdekaan RI setiap tahun rutin diselenggarakan untuk menunjukan kemampuan diri dan menjalin kekompakan antar warga binaan satu sama lain.

"Lomba-lomba ini juga untuk menjaga kebersamaan diantara warga binaan, menjaga kesehatan dan melupakan kesedihan karena saat ini masih menjalani masa hukuman," ujar Prihartati. Selasa (16/8/2016).

Bahkan, untuk para pemenang lomba yang digelar, pihak rutan menyiapkan hadiah menarik untuk penyemangat mengikuti perlombaan. "Kita siapkan reward seadanya, namun mereka tetap antusias mengikuti setiap perlombaan," katanya.

Sementara itu, salah satu penghuni Rutan Serang, Faizal mengaku senang dengan kegiatan perlombaan menyambut HUT RI walaupun masih menjalani masa hukuman terkait kasus korupsi.

"Walaupun di dalam sini, kita seperti di rumah kekompakan sesama penghuni juga terjalin, sudah seperti saudara semua," tandasnya.

Ini Cerita Duplikat Bendera Pusaka yang Dipesan dari Ibunda Wapres JK


Tidak banyak diketahui khalayak, jika duplikat Bendera Pusaka Merah Putih yang terbuat dari sutera ternyata dipesan dari Hj Athirah, ibunda Wakil Presiden RI M Jusuf Kalla.

Kisah ini diungkap Wapres M Jusuf Kalla, di depan cucunya, Abang Fikri dan Rasyid, beberapa saat sebelum menuju Istana Merdeka mengikuti detik-detik perayaan HUT Proklamasi RI ke 71.

Saat itu sekitar tahun 1969, tim dari Kantor Gubernur Sulsel serta Sekretariat Negara datang ke rumah di Jalan Andalas menemui Mama Aji (Athirah Ibu M Jusuf Kalla) kenang JK sapaan akrab Jusuf Kalla.

Mereka datang memesan kain sutera berwarna putih bersih dengan persyaratan kualitas sutera terbaik. JK menceritakan Tim Pembuat Duplikat Bendera Pusaka tersebut, menanyakan, " Apakah Ibu Athirah sanggup membuat kain sutera untuk duplikat bendera pusaka yang akan menggantikan Bendera Pusaka jahitan tangan Ibu Fatmawati yang mulai lapuk termakan usia. Saat itu ibu saya mengatakan kesanggupanya,"

Tahun 60an, "Ibu memang seorang pedagang kain dan sarung tenun sutera terbesar di Makassar. Para pengecer bergantian datang ke rumah selain Ibu sendiri berkeliling menjajakan suteranya ke para pelanggan.

Ibu juga membina banyak pengerajin sutera di Sengkang-Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan salah satu pusat pertenunan sutera terbaik di Indonesia.

Guna memenuhi pesanan pemerintah pusat, Athirah turun langsung ke Sengkang, mengarahkan pengrajinnya untuk memproduksi kain sutera warna putih sesuai tuntutan kualitas bahan Bendera Pusaka.

Menurut JK, kepada ibunya hanya dipesan sutera putih sedangkan pewarnaan dan jahitannya dikerjakan di Jakarta.

"Warna merah duplikat Bendera Pusaka itu menggunakan bahan khusus yang tidak tersedia di pengerajin," kata JK

Setelah dikerjakan sekitar 2-3 bulan akhirnya pesanan kain sutera pun siap diangkut ke Jakarta.

"Jumlahnya banyak, karena akan dibagikan pula ke berbagai kabupaten dan Provinsi di Indonesia. Waktu itu jumlah kabupaten belum sebanyak sekarang, " tutur Pak JK.

Wapres sendiri tidak ingat lagi siapa orang Sekretariat Negara yang datang memesan sutera. Hasil penelusuran dari beberapa sumber, tahun 1969 Presiden Soeharto, mempercayakan kepada, Husein Mutahar, Dirjen Udaka Kemendikbud untuk memimpin proyek ini.

Setelah pembuatan Duplikat Bendera Pusaka Merah Putih selesai, 17 Agustus 1969 bendera tersebut mulai bertugas menggantikan Bendera Pusaka, yang hanya disimpan dalam kotak mendampingi bendera duplikatnya.

Bendera ini berkibar hingga 1984 sebelum akhirnya juga dilengserkan oleh duplikat penggantinya karena termakan usia.

Ini Cara Warga Tampor Paluh Aceh Peringati HUT RI setelah 71 Tahun

Meski sudah 71 tahun merdeka ratusan warga di sebuah desa yang jauh terpencil di Aceh Timur, Provinsi Aceh baru kali ini mengikuti upacara HUT Kemerdekaan RI.

Tidak hanya mengikuti jalannya upacara ratusan warga juga bersama-sama membentangkan dan mengarak bendera merah putih sepanjang 71 meter

Ali, Geucik Desa Tampor Paluh mengatakan, warga mengarak bendera sepanjang jalan setapak dari perkampungan menuju ke lapangan sekolah Yayasan Anek Merdeka.

“Bagi masyarakat Desa Tampor Paluh ini adalah yang pertama kalinya warga dan anak sekolah mengikuti upacara hut Kemerdekaan RI selama 71 tahun Indonesia Merdeka,” kata Ali, Rabu (17/8/2016).

Upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 71 di Desa Tampur Paluh, kata dia, tidak hanya diikuti oleh anak sekolah saja. Namun ratusan warga desa juga antusias mengikuti jalannya upacara.

Menurut Ali, 71 tahun Indonesia Merdeka memberi harapan baru bagi anak –anak Desa Tampur Paluh yang selama ini tidak bisa meneruskan jenjang pendidikan ke tingkat SMA.

Para siswa hanya bisa bersekolah sampai jenjang SMP saja karena ketiadaan biaya dan kondisi desa yang jauh terpencil.

Kini para siswa tamatan SMP bisa meneruskan ke jenjang SMA berkat adanya bantuan program CSR dari perusahaan migas milik BUMN (PT Pertamina Ep Field Rantau) berupa bangunan sekolah dan berbagai peralatan serta prasarana sekolah. Meskipun merupakan sekolah swasta para siswa tidak akan dipungut bayaran karena kondisi perekonomian warga yang masih lemah.

Menurut Danrem 011/ Lilawangsa Kol Inf Dedy Agus Purwanto, Desa Tampor Paluh merupakan sebuah desa terpencil yang dihuni sekitar 450 jiwa.

Warga desa hidup dalam keterbatasan karena terletak jauh di pedalaman. Dari Desa Tampur Paluh menuju ibukota Kabupaten Aceh Timur memakan waktu lebih kurang delapan jam. Dua jam melalui jalur sungai menggunakan sampan dan enam jam melalui jalan darat.

“Perjalanan pun harus ditempuh melewati Kabupaten Aceh Tamiang. Karena kondisinya yang jauh dan terpencil  desa pun seolah tak tersentuh akan pembangunan,” kata dia.

Sepatu Anggota Paskibra Terlepas Usai Kibarkan Bendera


Sejumlah insiden mewarnai pelaksanaan upacara Hari Ulang Tahun (HTU) ke-71 Republik Indonesia di Gowa, Sulawesi Selatan.

Salah satunya insiden lepasnya sepatu salah satu anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) di Lapangan Syekh Yusuf Sungguminasa, Rabu (17/8/2016). 

Insiden tersebut terjadi seusai petugas mengibarkan bendera merah putih. Kendati demikian, kejadian tersebut tidak lantas memengaruhi prosesi upacara. Kegiatan terus berjalan hingga selesai.

Tidak hanya itu, puluhan peserta upacara juga jatuh pingsan lantaran tidak kuat mengikuti kegiatan tersebut.

Alhasil, situasi tersebut membuat tim medis kewalahan membawa para peserta upacara yang tidak berdaya itu keluar dari lapangan upacara.